Janry Febriano dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga Kristen. Dari kecil ia hidup dengan ibunya akibat perceraian kedua orang tuanya. Namun pemahaman Janry tentang Alkitab dan Yesus Kristus masih sangat kurang. Pendidikan SD ia jalani di kota Manado, kemudian melanjutkan pendidikan SMP di kota Jakarta. Setelah tamat SMP Janry memutuskan untuk masuk ke sekolah pelayaran menengah.
Janry pernah mempelajari ilmu kebatinan dan hipnotis sehingga ia sempat menjadi jagoan di terminal Bekasi karena tidak mempan dengan senjata tajam. Janry pernah bertobat dan memberikan diri dibabtis setelah sebelumnya ia mencoba menghipnotis seorang gadis yang ternyata seorang hamba Tuhan, tapi usahanya tersebut tidak berhasil.
Jatuh Dalam Narkoba

Tiga Kali Dipenjara

Saat itu Janry divonis penjara selama enam bulan. Dan setelah itu Janry dipenjara untuk yang kedua kalinya pada tahun 2000 selama satu tahun. Setengah tahun karena kasus perampokan terhadap supir taksi di daerah Bantar Gebang Bekasi dan setengahnya karena kasus narkoba.
Menghajar Ibu Kandung

Sjenny sempat berlari setelah dipukuli oleh anaknya. “Tuhan, tolong saya, Tuhan,” seru Sjenny sambil berlari. Wajahnya penuh dengan luka lebam. Janry terus mengejar Sjenny, ibu kandungnya sendiri. Ia masih tidak puas dengan pukulan-pukulan yang sudah melukai wajah ibunya. Sampai di
sebuah jembatan Janry berhasil menangkap tubuh ibunya. Setelah itu Janry memukuli ibunya lagi hingga mata ibunya hampir pecah dan menendangnya hingga terjatuh.

“Saat pemukulan itu kondisi saya masih dalam pengaruh narkoba,” ujar Janry. “Saya tidak ada rasa terbeban dan tidak ada rasa bersalah. Yang saya rasakan enjoy saja,” lanjutnya.
“Memang kasih sayang ibu kepada seorang anak tidak akan pernah hilang. Yang paling penting saya tahu bahwa dia titipan Tuhan,” ujar Sjenny dalam sebuah kesaksian. Air mata mengalir deras di wajahnya.
Setelah mengambil sebuah televisi, VCD player dan sejumlah uang, Janry dilaporkan ke polsek Tambun. Ia kemudian ditangkap dan dipenjara selama satu setengah tahun. Sebelumnya Sjenny sempat berkonsultasi dengan saudara-saudaranya dan memutuskan untuk melaporkan Janry ke polisi – supaya
dengan dipenjara, Janry menjadi kapok dan bertobat. Akhirnya pada suatu hari seorang petugas polisi menjemput Janry dan memasukkannya ke dalam penjara untuk yang ketiga kalinya. Janry dipenjara di LP Bulak Kapal Bekasi karena kasus pemukulan terhadap orang tuanya.

Sjenny sudah putus asa. Ia hanya bisa berdoa kepada Tuhan. “Tuhan, tolong ambil nyawa anak saya atau ambil nyawa saya,” seru Sjanny. “Tapi Tuhan, kalau boleh saya tawar menawar, jangan jadikan Janry hanya sebagai hamba-Mu tapi juga anak-Mu,” lanjutnya.
Bertemu Yesus Saat Over Dosis
Pada suatu hari, di dalam kamar kecil penjara, Janry sembunyi-sembunyi menyuntikkan putauw ke tubuhnya. Terus ia tambahkan dosisnya karena ia tidak merasakan apa-apa. Tiba-tiba kepalanya terasa berat dan pandangannya mulai memudar. Semua di sekelilingnya mulai terlihat seperti agak hitam, hingga pada akhirnya menjadi hitam pekat. Janry pun tergeletak tidak sadarkan diri di lantai kamar kecil penjara akibat over dosis.



Pemulihan Dari Tuhan
“Semakin hari saya merasa semakin dipulihkan karena kebaikan Tuhan yang selama ini baru saya sadari,” ujar Janry. Ia melanjutkan kesaksiannya, “Tuhan itu benar-benar baik buat saya. dimana dia masih mau mengampuni saya dan memilih saya untuk melayani pekerjaan-Nya. Banyak perubahan yang terjadi sama saya, terutama mama saya. Dia sangat bahagia sekali mendengar kesaksian saya sewaktu saya bertemu Tuhan di penjara. Dari beberapa kejahatan yang pernah saya lakukan, yang paling saya sesali adalah saya telah memukul mama. Hal yang paling kurang ajar yang pernah saya lakukan terhadapnya. Setelah
saya keluar dari penjara, saya meminta maaf sama mama dan mama mau mengampuni saya, bahkan sekarang dia lebih sayang sama saya. Terima kasih Tuhan, Engkau telah memberikan mama yang begitu sabar kepada saya.”

Setelah Tuhan pulihkan Janry, timbul kerinduan dalam hati Janry untuk terus dekat dengan Tuhan. Ia pun rindu sekali untuk sungguh-sungguh melayani Tuhan. Akhirnya kerinduan itu terjawab lewat seorang hamba Tuhan bernama Rico Garot. Yang ternyata juga teman Sjenny, ibu Janry. Rico membiayai Janry untuk sekolah Teologia di Seminari Bethel Jakarta. Janry berharap, setelah lulus dari sekolah itu kelak ia bisa menjadi seorang pendeta.
Saat ini Janry bersekolah di sana sambil melayani pekerjaan Tuhan di gereja Tiberias BTC sebagai pengerja.
“Saat saya bertemu dengan Tuhan Yesus yang saya lihat indah sekali. Ada sebuah sukacita yang luar biasa dalam kehidupan saya. Dan ada sebuah kebebasan di mana Tuhan mengangkat saya dari dunia yang hitam ke dunia yang putih,” ujar Janry dengan mata berkaca-kaca. “Ternyata semua yang Tuhan sudah siapkan buat saya begitu indah dan saya bersyukur masih belum terlambat untuk menyadarinya,” ujar Janry menutup kesaksiannya sambil menyeka air mata di wajahnya. (Kisah ini telah ditayangkan 25 Juni 2007 dalam acara Solusi di SCTV).
Sumber Kesaksian :Janry Febriano
Sumber Artikel :Jawaban.com

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.