Sabtu, 26 Februari 2011

Ajaran Yesus Tentang kasih


Pendahuluan

Untuk sebagian orang, menjadi lemah lembut tampak mudah dan alami. Namun, untuk sebagian lainnya, hal yang asing dan sukar. Bahkan 2 orang kakak dan adik, yang dilahirkan oleh orang tua yang sama dan dibesarkan dalam keluarga dan rumah yang sama, dengan curahan kasih saying yang sama, dapat memiliki tingkat kelemahlembutan yang sangat berbeda.
Hari ini kita akan belajar dan membahas tidak hanya tentang kasih yang lemah lembut itu sendiri, tetapi juga untuk melihat seberapa lemah lembutnya kita dalam mengekspresikan kasih terhadap sesama dan bagaimana kita dapat diubahkan.

Pembacaan

Efesus 4:29-32:
29 Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia. 30 Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan. 31 Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan. 32 Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.

Pembahasan

Orang yang Tangguh Hati
Simak gambaran berikut ini:
Seorang yang tangguh hati. Dia mengolok-olok orang yang tak sepantasnya dia olok. Ketika mereka tampak sakit hati, dia berkata, "Mereka tidak bisa bercanda, ya?" Menurutnya mereka yang bermasalah, bukan dia.
Dia juga bukan seorang pendengar yang baik. Sementara orang sedang berbicara kepadanya, dia membuat pemikiran sendiri atau sudah menyiapkan sebuah jawaban akan perkataan mereka, seringkali tanpa empati yang diperlukan dari seorang pendengar.
Dia heran mengapa kebanyakan orang begitu lemah dan tidak percaya diri. Sewaktu-waktu dia mempergunakan orang, menelantarkan mereka tanpa bekas ketika mereka sudah memenuhi tujuannya. Dia berjalan dengan rasa superior, senang untuk selalu benar, dan sangat kompetitif. Dia punya kebutuhan yang besar untuk menang, dan selalu menyibukkan dirinya sendiri. Bahkan, kadang kala dia melihat kelemahlembutan seseorang sebagai suatu kelemahan. Dia benar-benar tidak mengerti mereka.

Diskusi:
1.    Jika Anda melihat diri Anda sebagai seorang yang lemah lembut, bagaimana reaksi Anda terhadap gambaran di atas?
2.    Sebaliknya, jika Anda berpendapat Anda adalah orang yang tangguh hati, apa reaksi Anda terhadap potret ini? Menurut Anda, mengapa Anda bereaksi seperti itu?

Cara Pandang yang Baru terhadap Sesama

Tuhan ingin kita tahu bahwa seorang yang tangguh hati dapat menjadi lebih lemah lembut. Supaya ini bisa terjadi, kita perlu untuk memperlambat diri, memandang lebih dekat orang-orang di sekitar kita, dan mencoba untuk melihat mereka sebagai mana adanya.
Ketika kita melihat seseorang melalui mata Tuhan, kita melihat seseorang yang memiliki citra dan rupa Tuhan sendiri yang diletakkan dalam dirinya. Seseorang yang menjadi obyek kasih Tuhan yang besar. Seseorang yang untuknya Yesus mencurahkan darahNya. Seseorang yang Roh Kudus cari siang dan malam untuk membawanya agar bisa berhubungan dengan Bapa. Seseorang yang merupakan harta karun Tuhan. Seseorang yang begitu berarti bagi Tuhan.
Jika kita melihat orang lain seperti suatu penghalang yang perlu kita hindari atau atasi, kita memerlukan cara pandang yang baru. Jika orang lain tidak terlalu berarti bagi kita, sudah saatnya kita melihat mereka dari sudut pandang Tuhan. Kita perlu mengubah pandangan kita. Kita perlu pengertian yang baru tentang siapakah orang lain itu sebenarnya.

Perlambat Diri
Orang yang tangguh hati cenderung berada di jalur cepat. Mereka pergi ke banyak tempat. Mereka menyelesaikan tugas-tugasnya. Adrenalin mereka senantiasa berpacu. Mereka memiliki target untuk dicapai dan kuota untuk dipenuhi dan tenggat waktu dan anggaran dan tawaran untuk dibuat. Bagi seorang yang tangguh hati - di jalur cepat, orang lain seperti suatu alat untuk digunakan atau masalah untuk dihindari. Dan seorang yang tangguh hati berbicara seperti ini, "Yah, dia seorang pemenang, tapi si anu pecundang. Dia kelas berat; si anu kelas bulu. Dia cerdas; si anu bodoh. Dia kuat bertahan; si anu tidak bisa diharapkan." Orang yang tangguh hati cenderung membandingkan orang lain dengan diri dan dengan proyek dan ambisi mereka sendiri, daripada melihat orang lain sebagai mana adanya di mata Tuhan.
Ketika kita ditarik masuk ke dalam gaya hidup yang serba cepat dan menggebu-gebu, bagaimana hal itu mempengaruhi cara kita memandang dan memperlakukan:
-      Anggota keluarga kita?
-      Teman-teman kita?
-      Rekan-rekan kerja kita?
-      Mereka yang belum mengenal kasih Tuhan?
Jika saat ini kita berada di dalam jalur cepat, kita perlu merenungkan apa yang harus terjadi supaya kita bisa memperlambat diri dan memperoleh cara pandang yang baru tentang kehidupan dan sesama.

Berjalan dalam Sepatu Mereka

Cara lain agar seorang yang tangguh hati dapat menjadi lebih lemah lembut adalah mengambil waktu untuk "berjalan satu mil dalam sepatu orang lain." Orang yang lemah lembut memiliki kecenderungan untuk melakukan hal ini secara alami. Ketika kita melihat mereka yang terluka, berantakan, dan kecewa, jangan hanya melewatinya begitu saja. Kita perlu berhenti dan berkata, "Aku ingin tahu seperti apa rasanya jika aku dalam situasi mereka?" Jika kita belajar untuk memperlambat diri dan melihat kehidupan dari sudut pandang orang lain, kita akan mendapati bahwa proses pelembutan mulai terjadi secara alami.
Mari pikirkan hal yang sebaliknya. Ada saat-saat di mana kita berpikir jika orang lain ada dalam sepatu kita, mereka akan memahami diri kita lebih baik. Mereka akan meresponi dan meperlakukan kita secara berbeda. Mereka akan mampu mendengarkan kebutuhan kita daripada memberikan kata-kata penghakiman itu.
Kita harus memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan.

WWJD (What would Jesus do - Apa yang akan Yesus lakukan)?
Kita bisa mengungkapkan pertanyaan yang sederhana, "Apa yang akan Yesus lakukan?" untuk bertumbuh dalam kelemahlembutan. Jika Yesus adalah teladan seluruh hidup kita, maka Dia tentu yang terbaik untuk diikuti dalam upaya untuk bertumbuh dalam kasih terhadap sesama. Bagaimana Yesus akan meresponi atau peduli? Apa yang akan Yesus katakan kepada orang ini? Nada suara apa yang akan Yesus pakai? Kita perlu sering bertanya tentang hal-hal ini jika kita ingin bertumbuh lebih lemah lembut dalam hubungan kita dengan sesama.

Contoh/Diskusi:
1.    Bagaimana respon Yesus ketika Dia ditanya tentang melempari batu seorang wanita yang tertangkap sedang berzinah? (Yoh 8:1-11). Wanita ini sering diasosiasikan dengan Maria Magdalena. Jika ini benar, bagaimana Maria diubahkan oleh kasih Yesus yang lemah lembut ini sepanjang sisa hidupnya?
2.    Bahkan setelah pengkhianatan Petrus, Yesus tidak menggunakan kata-kata yang keras untuk menegurnya ketika Dia melakukan mujizat penangkapan ikan yang kedua. (Yoh 21:1-14). Perhatikan bagaimana respon Petrus dibandingkan dengan murid-murid lain dalam ayat 7-8.
3.    Bagikan sebuah pengalaman ketika Anda menggunakan metode WWJD dalam menghadapi situasi yang sukar untuk menjadi lemah lembut terhadap seseorang/kelompok.

Kesimpulan

Beberapa dari kita cenderung lebih lemah lembut terhadap sesama sementara beberapa lainnya, kurang. Terlepas dari yang manakah kita, sangat penting untuk bertumbuh dalam kelemahlembutan sebagaimana Yesus lemah lembut. Kita perlu melihat orang lain sebagaimana adanya Tuhan melihat mereka. Seringkali kita perlu untuk memperlambat diri dari rutinitas kehidupan sehari-hari yang begitu cepat untuk dapat melakukan hal itu. Berjalan dalam sepatu orang lain dan menanyakan diri kita sendiri WWJD akan menolong kita dalam proses pertumbuhan ini.
Sebab Yesus yang kita sembah adalah Tuhan yang lemah lembut dan Dia berjanji akan memberkati kita yang hatinya lemah lembut !

Mat 11:29  Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.
Mat 5:5  Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.

Satu hal yang harus dipastikan, tindakan kasih yang lemah lembut harus tulus. Tidak boleh disalahgunakan untuk memperoleh keuntungan pribadi melalui manipulasi psikologis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.