Kamis, 17 Februari 2011

Kisah natal

Suatu ketika, ada seorang pria yang menganggap Natal
sebagai sebuah takhyul belaka. Dia bukanlah orang yang
kikir. Dia adalah pria yang baik hati dan tulus, setia
kepada keluarganya dan bersih kelakuannya terhadap orang
lain.
Tetapi ia tidak percaya pada kelahiran Kristus yang
diceritakan di setiap gereja pada Hari Natal. Dia
sunguh-sungguh tidak percaya.
"Saya benar-benar minta maaf jika saya membuat kamu
sedih," kata pria itu kepada istrinya yang rajin pergi
ke gereja.
"Tapi saya tidak dapat mengerti mengapa Tuhan mau
menjadi manusia. Itu adalah hal yang tidak masuk akal bagi
saya "
Pada malam Natal , istri dan anak-anaknya pergi menghadiri
kebaktian tengah malam di gereja. Pria itu menolak untuk
menemani mereka.
"Saya tidak mau menjadi munafik," jawabnya.
"Saya lebih baik tinggal di rumah. Saya akan
menunggumu pulang."
Tak lama setelah keluarganya berangkat, salju mulai turun.
Ia melihat keluar jendela dan melihat butiran-butiran salju
itu berjatuhan. Lalu ia kembali ke kursinya di samping
perapian dan
mulai membaca surat kabar.
Beberapa menit kemudian, ia dikejutkan oleh suara ketukan.
Bunyi itu terulang tiga kali. Ia berpikir seseorang pasti
sedang melemparkan bola salju ke arah jendela rumahnya.
Ketika ia pergi ke pintu masuk untuk memeriksanya, ia
menemukan
sekumpulan burung terbaring tak berdaya di salju yang
dingin.
Mereka telah terjebak dalam badai salju dan menabrak kaca
jendela ketika hendak mencari tempat berteduh.
Saya tidak dapat membiarkan makhluk makhluk kecil itu
kedinginan di sini, pikir pria itu.
Tapi bagaimana saya bisa menolong mereka?
Kemudian ia teringat akan kandang tempat kuda poni
anak-anaknya. Kandang itu pasti dapat memberikan tempat
berlindung
yang hangat. Dengan segera pria itu mengambil jaketnya dan
pergi
ke kandang kuda tersebut. Ia membuka pintunya lebar-lebar
dan menyalakan lampunya. Tapi burung-burung itu tidak mau
masuk kedalam.
Makanan pasti dapat menuntun mereka masuk, pikirnya. Jadi
ia berlari kembali ke rumahnya untuk mengambil remah-remah
roti dan menebarkannya ke salju untuk membuat jejak ke arah
kandang. Tapi ia sungguh terkejut. Burung-burung itu tidak
menghiraukan remah remah roti tadi dan terus melompat-lompat
kedinginan di atas salju.
Pria itu mencoba menggiring mereka seperti anjing
menggiring domba, tapi justru burung-burung itu berpencaran
kesana-kemari,
malah menjauhi kandang yang hangat itu.
"Mereka menganggap saya sebagai makhluk yang aneh dan
menakutkan," kata pria itu pada dirinya sendiri,
"dan saya tidak dapat memikirkan cara lain untuk
memberitahu bahwa mereka dapat mempercayai saya.
Kalau saja saya dapat menjadi seekor burung selama beberapa
menit, mungkin saya dapat membawa mereka pada tempat yang
aman."
Pada saat itu juga, lonceng gereja berbunyi.
Pria itu berdiri tertegun selama beberapa waktu,
mendengarkan bunyi lonceng itu menyambut Natal yang indah.
Kemudian dia terjatuh pada lututnya dan berkata,
"Sekarang saya
mengerti," bisiknya dengan terisak.
"Sekarang saya mengerti mengapa KAU mau menjadi
manusia."

Saudaraku, sering kita mengalami kejenuhan untuk pergi ke
gereja dan merasa tak ada gunanya, semoga cerita di atas ini
bisa lebih meneguhkan kita akan pentingnya ke gereja.

GBU all..........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.