Matius 24:37-42: 24:37 "Sebab sebagaimana halnya pada zaman Nuh, demikian pula halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia. 24:38 Sebab sebagaimana mereka pada zaman sebelum air bah itu makan dan minum, kawin dan mengawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera, 24:39 dan mereka tidak tahu akan sesuatu, sebelum air bah itu datang dan melenyapkan mereka semua, demikian pulalah halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia. 24:40 Pada waktu itu kalau ada dua orang di ladang, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan; 24:41 kalau ada dua orang perempuan sedang memutar batu kilangan, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan. 24:42 Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang.
Apakah anda akan percaya kalau saya mengatakan persiapkan diri anda karena sebentar sore atau esok hari Tuhan Yesus akan datang? Anda pasti tidak percaya atau bahkan akan menertawakan saya, menganggap saya hanya bergurau.
Sudah menjadi sifat kebanyakan orang untuk mengabaikan, menganggap remeh atau bahkan tak peduli dengan peringatan tanda bahaya. Orang sering menganggap bahwa suatu peringatan hanya sebagai hal yang mengganggu kenyamanan mereka, mengganggu rutinitas mereka, atau mengganggu ketentraman hidup mereka.
Contoh paling konkrit adaah Gunung Merapi. Gunung Merapi meletus Selasa 26 Oktober 2010 pukul 17.02 Waktu Indonesia Barat.
Masyarakat sekitar gunung Merapi telah diperingatkan untuk mengungsi melalui beberapa kali peringatan akan kemungkinan Merapi akan meletus. Status bahaya Gunung Merapi ditingkatkan dari Normal manjadi Waspada pada tanggal 20 September 2010. Pada 21 Oktober 2010 status Merapi menjadi Siaga, dan kemudian mnenjadi Awas terhitung sejak 25 Oktober 2010, dan baru pada 26 Oktober gunung ini meletus.
Begitu juga dengan peringatan Tsunami. Di beberapa pantai dengan potensi tsunami telah dipasang sistem pendeteksi tsunami. Namun apa yang terjadi, sistem ini dirusak orang, atau bahkan komponennya dicuri orang.
Gunung Merapi memasuki fase erupsi sejak pada hari Selasa sore 26 Oktober. Fase erupsi dimulai dengan beberapa kali semburan awan panas dari pukul 17 sampai pukul 19. Dari pos Pengamatan Gunung Merapi Selo terlihat nyala api bersama kolom asap membubung ke atas setinggi 1,5 km dari puncak Gunung Merapi.
Namun apakah masyarakat di sekitar gunung Merapi lari menyelamatkan diri? Tidak semua. Bahkan sebagian besar masih melakukan aktifitas sehari-hari seolah-olah tak ada bahaya yang mengancam sampai ketika awan panas melanda rumah mereka.
Ketika para murid datang kepada Yesus saat mereka sendirian, mereka bertanya kepadaNYa seperti apakah tanda-tanda kedatanganNya kembali. Yesus mengatakan bahwa hari-hari menjelang kedatangannya hampir sama seperti hari-hari di zaman Nuh. Orang makan minum, kawin mawin, menjalankan aktivitas mereka seperti biasa tanpa menyadari ancaman bahaya atau hukuman yang sedang mengancam mereka.
Ancaman bahaya itu telah disampaikan kepada mereka melalui Nuh agar mereka bertobat. Undangan untuk bertobat, untuk mendapatkan pengampunan dan keselamatan itu telah disampaikan oleh Nuh kepada mereka agar mereka ikut menumpang bahtera keselamatan.
Bukannya mengikuti peringatan dan ajakan Nuh, mereka malah menertawakan dia. Mereka menertawakan Nuh sebagai orang gila. Berita yang disampaikan oleh Nuh dianggap hanya karangan belaka, hanya isapan jempol dari Nuh saja. Tak masuk akal. Mana ada air bah, mana boleh orang membangun kapal di tempat yang sangat terpencil, jauh dari laut atau pinggir sungai. Tidak mungkin ada tsunami, kita sangat jauh dari tepi pantai atau sungai.
Apa yang mustahil menurut pikiran manusia, tidak mustahil bagi Allah. Begitu juga dengan zaman sekarang. Berapa orang dari kita semua yang terus tekun menantikan kedatangan Yesus? Mungkin tak ada seorangpun. Setiap kita hanya menjalankan aktifitas kita sehari-hari bagaikan tak akan ada sesuatu kejadian besar menyangkut kedatangan Yesus.
Bahkan ada sebagian orang tidak mengharapkan Yesus cepat datang, karena mereka belum ingin bertobat, mereka masih ingin berjalan menurut jalan mereka sendiri, bertindak menurut keinginan hati mereka sendiri, bahkan mengejar ambisi mereka sendiri. Mereka mengatakan bahwa mereka belum ingin bertobat sebelum ambisi mereka tercapai, sebelum karier mereka, keinginan hati mereka terpenuhi. Bagi mereka berita menyangkut penantian kedatangan Yesus hanya membuang-buang waktu saja, berita menyangkut penantian kedatangan Yesus masih terlalu jauh untuk disampaikan sekarang, bukan menjadi prioritas, karena tidak mungkin, atau bahkan hanya mengganggu kenyamanan hidup mereka.
Apa yang mustahil menurut pikiran manusia, tidak mustahil bagi Allah. Begitu juga dengan zaman sekarang. Berapa orang dari kita semua yang terus tekun menantikan kedatangan Yesus? Mungkin tak ada seorangpun. Setiap kita hanya menjalankan aktifitas kita sehari-hari bagaikan tak akan ada sesuatu kejadian besar menyangkut kedatangan Yesus.
Bahkan ada sebagian orang tidak mengharapkan Yesus cepat datang, karena mereka belum ingin bertobat, mereka masih ingin berjalan menurut jalan mereka sendiri, bertindak menurut keinginan hati mereka sendiri, bahkan mengejar ambisi mereka sendiri. Mereka mengatakan bahwa mereka belum ingin bertobat sebelum ambisi mereka tercapai, sebelum karier mereka, keinginan hati mereka terpenuhi. Bagi mereka berita menyangkut penantian kedatangan Yesus hanya membuang-buang waktu saja, berita menyangkut penantian kedatangan Yesus masih terlalu jauh untuk disampaikan sekarang, bukan menjadi prioritas, karena tidak mungkin, atau bahkan hanya mengganggu kenyamanan hidup mereka.
Dalam bacaan di atas disebutkan bahwa kedatangan Yesus digambarkan sebagai sesuatu yang tak disangka-sangka orang, kejutan, terjadi tiba-tiba saja.Sama seperti generasi pada zaman Nuh, orang tidak menyadari sampai air bah menyapu habis mereka; sama seperti tsunami di Aceh atau Wasior di Papua, atau letusan Merapi menghancurkan dan membunuh apa saja yang menghadangnya.
Semua orang melakukan aktifitas mereka sebagaimana mereka lakukan secara rutin. Yesus menggambarkan pada ayat 40 dan 41 ada dua orang sedang bekerja di ladang, mereka melakukan aktifitas mereka sehari-hari sebagaimana biasanya, satu akan diambil (diselamatkan) dan satu akan ditinggalkan. Ada juga dua perempuan sedang menggiling gandum, satu akan diselamatkan dan satu lagi ditinggalkan.
Mengapa begitu. Mengapa ada yang diambil/diselamatkan dan ada yang tidak.
Yesus mengumpamakan mereka yang diambil masuk kedalam kerajaan surga seperti pesta perjamuan kawin Anak domba. Pada awalnya ada 10 anak dara yang mempersiapkan diri mereka untuk menyambut kedatangan pengantin laki-laki. Namun tidak semua mereka mempersiapkan diri mereka dengan baik. Penantian yang lama membuat 5 anak dara kehabisan minyak pada pelita/obor mereka untuk menyambut kedatangan Pengantin laki-laki.
Nyala obor melambangkan nyala atau api iman kita kepada Yesus. Minyak melambangkan semangat kita, spirit kita untuk menunggu dengan sabar kedatangan Yesus, sambil tetap menjaga diri kita dengan mengikuti perintah-perintah Yesus. Namun sejalan dengan berlalunya waktu, minyak kita terkuras habis, semangat kita yang tadinya begitu tinggi menjadi surut, tujuan kita yang awalnya tertuju kepada Yesus berpindah kepada tujuan-tujuan lain, dan kita kehilangan harapan pada Yesus, kita kehilangan gairah, kehilangan percaya, kehilangan komitmen kita, dan api iman kita, obor iman kita meredup dan mati. Sehingga ketika pengantin laki-laki itu datang, ketika Yesus datang, hidup kita berada dalam keadaan gelap, tidak siap menyambutnya, kehidupan kita sudah morat-marit, iman kita sudah luntur. Kita kemudian seperti kelima anak dara yang tidak siap, kita ditolak masuk kedalam surga.
Mungkin Tuhan Yesus tidak datang hari ini, Ia juga mungkin belum akan datang besok atau tahun ini. Namun dapatkah anda meramalkan berapa lama anda akan hidup di dunia ini?
Dalam perumpamaan Tuhan Yesus tentang orang kaya yang bodoh, ada seorang kaya yang bekerja membanting tulang setiap hari mengumpulkan kekayaannya. Gudang-gudangnya sudah penuh semua, tetapi ia masih belum juga merasa cukup. Ia begitu rakus sehingga ia merencanakan menambah gudang-gudang baru. Ia berpikir bahwa kalau ia sudah memenuhi gudang-gudang barunya dengan makanan, atau dalam bahasa modern saat ini, memiliki tabungan yang besar di bank, maka ia akan berkata kepada dirinya sendiri atau jiwanya bahwa hai jiwaku bersenang-senanglah karena engkau memiliki segala sesuatu. Namun apa yang terjadi, pada malam itu juga ia mati. Kekayaannya yang banyak tak dapat memperpanjang hidupnya seharipun. Kekayaannya bahkan kemudian menjadi barang rebutan banyak orang.
Itulah kenyataan yang kita lihat ketika sesorang mati dan meninggalkan harta kekayaan, anak-anaknya saling cakar-cakaran, saling berebutan kekayaannya itu. Perebutan itu kemudian menghancurkan keutuhan mereka sebagai satu keluarga. Sia-sia bila kita menggantungkan hidup kita pada kekayaan.
Dalam ayat 24:39 Tuhan Yesus mengatakan: “dan mereka tidak tahu akan sesuatu, sebelum air bah itu datang dan melenyapkan mereka semua, demikian pulalah halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia”
Kalau kita percaya kepada Yesus tetapi kita tak pernah mengharapkan kedatanganNya, tak pernah menjalankan perintahnya, tak pernah menjaga pelita iman kita, maka hidup kita seperti orang pada zaman Nuh, sama seperti orang kaya yang bodoh, hidup yang bagi diri sendiri, hanya mengejar ambisi sendiri, mengejar karier , pangkat atau jabatan saja. Kita tak ada beda dengan 5 anak dara yang bodoh, tak pernah mempersiapkan diri kita untuk kedatangan Yesus. Kita juga tidak berbeda dengan mereka yang meninggal karena Merapi, mereka yang tidak mau mengungsi meskipun berita itu sudah disampaikan kepada mereka.
Bahaya atau kematian bisa tiba-tiba datang tanpa kita tahu, dan bila kita mati maka penghakiman kepada kita menjadi berlaku tanpa kita sempat bertobat dan menerima pengampunan Yesus.
Apapun dapat menimpa kita di waktu yang kita tidak pernah bayangkan sebelumnya.
Bila hidup kita selalu bersandar kepada Tuhan, maka kita tak perlu kuatir kapanpun Tuhan memanggil kita. Kitapun tidak perlu takut akan bahaya yang akan menimpa kita karena tangan perlindungan Tuhan selalu menaungi kita. Tak ada bahaya yang dapat menimpa kita. Nuh dan keluarga adalah orang yang berada dalam perlindungan Tuhan. Tuhan memberitahukan mereka bahaya yang akan mengancam mereka sebelum bahaya itu terjadi.
Hal yang sama terjadi dengan Lot dan keluarganya. Ketika Tuhan ingin menghancurkan kota Sodom dan Gomora akibat kejahatan mereka, Tuhan memberitahu Lot agar membawa keluarganya mengungsi jauh ke luar kota.
Orang-orang percaya memiliki Tuhan yang selalu melindungi mereka. Melalui berbagai cara Tuhan menyelamatkan orang-orang percaya sebelum Tuhan mendatangkan hukuman bagi mereka yang tidak percaya.
Apa inti semua pesan ini bagi kita? Bacaan dan pengalaman akhir-akhir ini yang terjadi di sekitar kita seperti tsunami, angin topan, tanah longsor, gempa bumi, dan gunung meletus, semuanya memberi pesan penting bagi kita.
• Pertama, kita tidak tahu kapan Tuhan Yesus akan datang kembali, tetapi Ia pasti akan datang. JanjiNya tak pernah gagal.
• Kedua, mungkin Tuhan Yesus tidak datang hari ini, besok atau tahun ini. Namun kita diminta berjaga-jaga mempertahankan iman kita, terus mempersiapkan diri kita seakan-akan Dia akan datang hari ini.
• Ketiga, kita tidak tahu berapa lama kita akan hidup di dunia ini, apakah kita akan sempat menyaksikan kedatangan Tuhan Yesus atau tidak. Hidup kita tidak ada di tangan kita, kita tidak bisa dengan yakin mengatakan kita masih bisa hidup sampai besok, minggu depan atau tahun depan. Sesuatu bisa saja menimpa kita, dan hidup kita. Karena itu siapkan diri kita untuk menghadapi situasi itu terjadi, entah hari ini, besok atau kapan saja, ketika hidup kita berakhir kita telah mengakhiri tugas kita, telah mengakhiri perjuangan iman kita dengan kemenangan.
• Penantian akan kedatangan Tuhan tidak berarti membuat kita melepaskan rutinitas aktifitas kita. Tuhan Yesus mengatakan ada dua orang sedang bekerja di ladang, satu akan diambil, dan ada dua orang sedang menggiling gandum, satu akan diambil. Hal ini menunjukkan bahwa bagi orang percaya, ketika mereka yang diambil atau, ketika mereka dipanggil oleh Tuhan, mereka masih tetap melakukan tugas dan tanggung jawab mereka sambil menjaga iman mereka. Pekerjaan tidak menjadi rintangan untuk mereka tetap tekun dalam iman percaya mereka kepada Tuhan. Kita tidak perlu berhenti dari pekerjaan kita, dan hanya menunggu kedatangan Tuhan. Iman kita adalah iman berdasarkan perbuatan, tanpa perbuatan iman kita mati. Banyak prang mengatakan mereka memiliki iman, tetapi mereka tak memiliki perbuatan yang berbasis pada iman mereka. Tanpa perbuatan iman hanya sekedar tong kosong tanpa isi. Perbuatan melengkapi iman kita. Pekerjaan kita merupakan tempat kita menerapkan iman kita kepada Tuhan. Pekerjaan merupakan tempat kita bertemu dengan banyak orang dan bersaksi bagi Tuhan melalui pelayanan kita.
• Akhirnya, marilah kita menjaga iman kita sambil menunggu kedatangan Tuhan kita kembali. Tuhan menyertai anda semua. Amin.
• Pertama, kita tidak tahu kapan Tuhan Yesus akan datang kembali, tetapi Ia pasti akan datang. JanjiNya tak pernah gagal.
• Kedua, mungkin Tuhan Yesus tidak datang hari ini, besok atau tahun ini. Namun kita diminta berjaga-jaga mempertahankan iman kita, terus mempersiapkan diri kita seakan-akan Dia akan datang hari ini.
• Ketiga, kita tidak tahu berapa lama kita akan hidup di dunia ini, apakah kita akan sempat menyaksikan kedatangan Tuhan Yesus atau tidak. Hidup kita tidak ada di tangan kita, kita tidak bisa dengan yakin mengatakan kita masih bisa hidup sampai besok, minggu depan atau tahun depan. Sesuatu bisa saja menimpa kita, dan hidup kita. Karena itu siapkan diri kita untuk menghadapi situasi itu terjadi, entah hari ini, besok atau kapan saja, ketika hidup kita berakhir kita telah mengakhiri tugas kita, telah mengakhiri perjuangan iman kita dengan kemenangan.
• Penantian akan kedatangan Tuhan tidak berarti membuat kita melepaskan rutinitas aktifitas kita. Tuhan Yesus mengatakan ada dua orang sedang bekerja di ladang, satu akan diambil, dan ada dua orang sedang menggiling gandum, satu akan diambil. Hal ini menunjukkan bahwa bagi orang percaya, ketika mereka yang diambil atau, ketika mereka dipanggil oleh Tuhan, mereka masih tetap melakukan tugas dan tanggung jawab mereka sambil menjaga iman mereka. Pekerjaan tidak menjadi rintangan untuk mereka tetap tekun dalam iman percaya mereka kepada Tuhan. Kita tidak perlu berhenti dari pekerjaan kita, dan hanya menunggu kedatangan Tuhan. Iman kita adalah iman berdasarkan perbuatan, tanpa perbuatan iman kita mati. Banyak prang mengatakan mereka memiliki iman, tetapi mereka tak memiliki perbuatan yang berbasis pada iman mereka. Tanpa perbuatan iman hanya sekedar tong kosong tanpa isi. Perbuatan melengkapi iman kita. Pekerjaan kita merupakan tempat kita menerapkan iman kita kepada Tuhan. Pekerjaan merupakan tempat kita bertemu dengan banyak orang dan bersaksi bagi Tuhan melalui pelayanan kita.
• Akhirnya, marilah kita menjaga iman kita sambil menunggu kedatangan Tuhan kita kembali. Tuhan menyertai anda semua. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.