Sabtu, 05 Maret 2011

Memahami Alkitab

Memahami Alkitab


Banyak orang menemukan bahwa Alkitab adalah buku yang sulit untuk dibaca. Mereka memulai dengan niat baik tapi tak lama kemudian berhenti membacanya karena mereka tidak bisa memahami apa yang sedang mereka baca. Hal ini sangat disayangkan, karena (1) Alkitab adalah firman nyata dari Allah yang tak terbatas yang menciptakan alam semesta ini dan segala sesuatu di dalamnya, menyatakan kehendak-Nya mengenai bagaimana kita menjalani kehidupan kita, dan (2) Firman Allah adalah kekuatan penyelamatan yang Dia terapkan pada kehidupan dari mereka-mereka yang telah diputuskan-Nya untuk diselamatkan - tidak ada seorang pun yang dapat diselamatkan selain melalui Firman Allah.
Syukurlah, Allah menunjukkan kepada kita cara untuk menafsirkan Alkitab sehingga kita dapat memahami apa yang sedang Ia katakan kepada kita. Kita sekarang akan membahas apa yang Allah sendiri katakan kepada kita tentang cara untuk memahami Alkitab.
Alkitab itu sendiri, dan dalam seluruh isinya merupakan pengungkapan Firman Allah:
2 Timotius 3:16 Segala tulisan yang diilhamkan Allah, [secara harfiah, “ditiupkan Allah”] memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.
2 Petrus 1:21 Sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah.
1 Tesalonika 2:13 Dan karena itulah kami tidak putus-putusnya mengucap syukur juga kepada Allah, sebab kamu telah menerima firman Allah yang kami beritakan itu, bukan sebagai perkataan manusia, tetapi--dan memang sungguh-sungguh demikian--sebagai firman Allah, yang bekerja juga di dalam kamu yang percaya.
Wahyu 22:18 Aku bersaksi kepada setiap orang yang mendengar perkataan-perkataan nubuat dari kitab ini: "Jika seorang menambahkan sesuatu kepada perkataan-perkataan ini, maka Allah akan menambahkan kepadanya malapetaka-malapetaka yang tertulis di dalam kitab ini."
Karena Alkitab tidak seperti buku lain (Alkitab tidak ditulis oleh manusia tetapi oleh Allah yang tak terbatas), kita harus bergantung kepada Allah sendiri untuk mendapatkan petunjuk tentang bagaimana cara untuk mempelajari dan memahami Alkitab. Alkitab harus menjadi kuasa tunggal kita. Kita tidak bisa menggunakan pemikiran angkuh yang berasal dari benak kita sendiri yang kotor dan penuh dosa untuk mengembangkan aturan penafsiran Alkitab.
Setiap kata dari Alkitab, setiap karakter dari tulisan tangan aslinya, adalah sempurna dan benar adanya:
Amsal 30:5 Semua firman Allah adalah murni. Ia adalah perisai bagi orang-orang yang berlindung pada-Nya.
Mazmur 12:6 Janji TUHAN adalah janji yang murni, bagaikan perak yang teruji, tujuh kali dimurnikan dalam dapur peleburan di tanah.
Mazmur 119:160 Dasar firman-Mu adalah kebenaran dan segala hukum-hukum-Mu yang adil adalah untuk selama-lamanya.
Wahyu 21:5 …Dan firman-Nya: "Tuliskanlah, karena segala perkataan ini adalah tepat dan benar."
Matius 5:18 Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.
Roma 3:4 Sekali-kali tidak! Sebaliknya: Allah adalah benar, dan semua manusia pembohong;…
Karena kata-kata ini adalah tepat dan benar, tidak boleh ada kesalahan atau kontradiksi dalam Alkitab. Dengan demikian, jika kita menemukan kutipan yang sepertinya saling berkontradiksi satu sama lainnya, kita dapat mengetahui bahwa kita tidak memahami salah satu kutipan tersebut dengan tepat. Allah sering menggunakan kontradiksi yang nyata ini untuk menarik perhatian kita pada ajaran penting Alkitab, memaksa kita untuk belajar dengan lebih rajin.
Alkitab adalah kuasa Allah untuk keselamatan:
Roma 1:16 Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani.
Roma 10:17 Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.
Tidak ada buku yang lebih penting dalam alam semesta. Allah tidak akan menyelamatkan siapa pun yang terlepas dari kuasa Firman-Nya. Ini adalah hal yang terpenting bagi semua umat manusia.
Kita hanya dapat memahami Alkitab jika Allah Roh Kudus membuka mata (rohani) kita dan pikiran serta hati kita untuk memberi kita pengertian tentang Firman Tuhan yang tak terbatas:
1 Korintus 2:14 Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani.
Ayub 32:8 Tetapi roh yang di dalam manusia, dan nafas Yang Mahakuasa, itulah yang memberi kepadanya pengertian.
Lukas 24:45 Lalu Ia [Kristus] membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci,
Mazmur 119:18 Singkapkanlah mataku, supaya aku memandang keajaiban-keajaiban dari Taurat-Mu.
Kita harus belajar Alkitab dengan rendah hati dan melalui doa, meminta Allah untuk membuka mata rohani kita dan mengizinkan kita untuk memahami Firman-Nya.
Alkitab menjelaskan bahwa dalam rangka untuk memahami Alkitab, maka kita menafsirkan Alkitab dengan Alkitab (hal-hal rohani kepada mereka yang mempunyai Roh):
1 Korintus 2:13 Dan karena kami menafsirkan hal-hal rohani kepada mereka yang mempunyai Roh kami berkata-kata tentang karunia-karunia Allah dengan perkataan yang bukan diajarkan kepada kami oleh hikmat manusia, tetapi oleh Roh.
Yohanes 6:63  …perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup.
2 Petrus 1:20 Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri.
Alkitab berperan sebagai "Tafsir" untuk dirinya sendiri, dan "Kamus" untuk dirinya sendiri. Arti kata-kata dan frase-frase tidak ditentukan oleh hikmat manusia, atau dengan mempelajari literatur Yunani sekuler, tetapi oleh Allah - kita harus memperhatikan bagaimana Allah menggunakan kata-kata tersebut di bagian lain dalam Alkitab.
Karena seluruh Alkitab ditulis oleh Pengarang Tunggal, Allah, maka dengan penuh percaya diri kita dapat membandingkan kata-kata dan frase-frase dari satu bagian Alkitab dengan bagian Alkitab yang lainnya. Allah memberi tahu kita untuk menafsirkan Alkitab dengan Alkitab (hal-hal rohani kepada mereka yang mempunyai Roh). Dia tidak memberi tahu kita untuk membandingkan sejarah dengan sejarah, atau gramatikal dengan gramatikal seperti yang banyak diajarkan oleh para ahli teologi saat ini.
Bahkan seorang anak kecil pun dapat memahami Alkitab, bekal yang cukup untuk mendapatkan keselamatan, jika Allah memberi pemahaman:
2 Timotius 3:15 Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau [Timotius] sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus.
Tetapi fakta kunci lainnya (dan agak mengejutkan) adalah bahwa Alkitab telah ditulis agar sulit dipahami oleh orang-orang yang tidak percaya - ini konsisten dengan metode pengajaran Yesus sendiri saat Dia hidup dan mengajar di Bumi:
Amsal 25:2 Kemuliaan Allah ialah merahasiakan sesuatu, tetapi kemuliaan raja-raja ialah menyelidiki sesuatu.
Mazmur 78:2-3 Aku mau membuka mulut mengatakan amsal, aku mau mengucapkan teka-teki dari zaman purbakala. Yang telah kami dengar dan kami ketahui, dan yang diceritakan kepada kami oleh nenek moyang kami.
("Amsal" ini adalah seluruh sejarah bangsa Israel, yang merupakan jenis atau gambaran sejarah dari Injil.)
2 Petrus 3:16 Hal itu dibuatnya dalam semua suratnya [Paulus], apabila ia berbicara tentang perkara-perkara ini. Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar dipahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya, memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama seperti yang juga mereka buat dengan tulisan-tulisan yang lain.
Contoh lain - Perumpamaan digunakan hampir di seluruh firman yang diberitakan oleh Yesus kepada khalayak ramai:
Markus 4:33-34 banyak perumpamaan yang semacam itu Ia [Yesus] memberitakan firman kepada mereka sesuai dengan pengertian mereka. Dan tanpa perumpamaan Ia tidak berkata-kata kepada mereka, tetapi kepada murid-murid-Nya Ia menguraikan segala sesuatu secara tersendiri.
Luke 8:10 Lalu Ia [Yesus] menjawab: "Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang lain hal itu diberitakan dalam perumpamaan, supaya sekalipun memandang, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti."
Alkitab mengandung banyak ayat-ayat yang mempunyai makna rohani lebih dalam, dan ditulis sebagai perumpamaan dan kiasan.
Kesaksian-kesaksian dari Alkitab itu sendiri yang dari awal hingga akhir diisi dengan pesan-pesan Yesus, Injil Keselamatan, dan bahwa banyak cerita Perjanjian Lama sebenarnya merupakan perumpamaan historis yang secara simbolis mengarahkan kita kepada Kristus:
Kisah Para Rasul 3:18 Tetapi dengan jalan demikian Allah telah menggenapi apa yang telah difirmankan-Nya dahulu dengan perantaraan nabi-nabi-Nya, yaitu bahwa Mesias yang diutus-Nya harus menderita.
Kisah Para Rasul 3:24 Dan semua nabi yang pernah berbicara, mulai dari Samuel, dan sesudah dia, telah bernubuat tentang zaman ini.
Yohanes 5:39 Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku.
Ibrani 10:7 Lalu Aku berkata: Sungguh, Aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang Aku untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku.
Lukas 24:25-27 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?" Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi.
Ketika kita mempelajari Alkitab, kita seharusnya mencari Injil Kristus di semua tempat yang kita baca. Ketika kita mulai melihat Kristus, maka kita dapat mengetahui bahwa kita sedang memahami makna yang sesungguhnya dari sebuah ayat.
Seluruh Alkitab memuat makna rohani yang lebih dalam yang tersembunyi sebagai perumpamaan dan kiasan dalam ayat-ayat yang nampak seperti pernyataan moral atau historis yang sederhana. Setiap pernyataan historis dan moral dalam Alkitab masih benar dan tepat adanya, tetapi kita dapat belajar lebih dalam lagi dengan melihat pesan rohani simbolis dari ayat-ayat ini. Yesus harus menegur para pengikut-Nya, dan sama halnya dengan orang-orang Farisi yang mencoba untuk memahami firman-Nya secara harfiah ketika Dia menyampaikannya secara simbolis (dengan makna rohani yang lebih dalam). Beberapa contoh saja:
Matius 16:6-8 Yesus berkata kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap ragi orang Farisi dan Saduki." Maka mereka berpikir-pikir dan seorang berkata kepada yang lain: "Itu dikatakan-Nya karena kita tidak membawa roti." Dan ketika Yesus mengetahui apa yang mereka perbincangkan, Ia berkata: "Mengapa kamu memperbincangkan soal tidak ada roti? Hai orang-orang yang kurang percaya!"
Yohanes 4:11,13 Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam; dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu?" Jawab Yesus kepadanya: "Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi."
(dia salah kira, dikiranya air dalam arti biasa padahal itu adalah air hidup atau rohani).
Yohanes 3:4 Kata Nikodemus kepada-Nya: "Bagaimanakah mungkin seorang dilahirkan, kalau ia sudah tua? Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi?"
 (Dan dalam ayat 10, teguran Yesus): 
Yohanes 3:10 Jawab Yesus: "Engkau adalah pengajar Israel, dan engkau tidak mengerti hal-hal itu?"
Yohanes 11:11-13 Demikianlah perkataan-Nya, dan sesudah itu Ia berkata kepada mereka: "Lazarus, saudara kita, telah tertidur, tetapi Aku pergi ke sana untuk membangunkan dia dari tidurnya." Maka kata murid-murid itu kepada-Nya: "Tuhan, jikalau ia tertidur, ia akan sembuh." Tetapi maksud Yesus ialah tertidur dalam arti mati, sedangkan sangka mereka Yesus berkata tentang tertidur dalam arti biasa.
Yohanes 6:51-53, 60-61,66 Akulah roti hidup yang telah turun dari surga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia. Orang-orang Yahudi bertengkar antara sesama mereka dan berkata: "Bagaimana Ia ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita untuk dimakan." Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu."… Sesudah mendengar semuanya itu banyak dari murid-murid Yesus yang berkata: "Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?" Yesus yang di dalam hati-Nya tahu, bahwa murid-murid-Nya bersungut-sungut tentang hal itu, berkata kepada mereka: "Adakah perkataan itu mengguncangkan imanmu?"…  Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia.
Lukas 24:45-46 Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci. Kata-Nya kepada mereka: "Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga."
(Yesus di sini mengatakan bahwa Alkitab Perjanjian Lama menulis bahwa Kristus harus dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga. Namun, hal itu secara eksplisit tidak tertulis di manapun dalam Perjanjian Lama - hal ini hanya dinyatakan sebagai kiasan dalam Yunus 1:17:
“Maka atas penentuan TUHAN datanglah seekor ikan besar yang menelan Yunus; dan Yunus tinggal di dalam perut ikan itu tiga hari tiga malam lamanya”.
Kristus menegaskan ayat Perjanjian Lama ini yang menunjukkan bahwa ayat itu menjelaskan kebangkitan-Nya dalam bentuk kiasan di Matius 12:40Dengan demikian, Kristus menunjukkan kepada kita bahwa untuk memahami kisah Yunus dengan tepat, kita harus melihat apa yang diceritakannya kepada kita tentang kebangkitan Kristus.)
Lukas 17:12,14-17 Ketika Ia memasuki suatu desa datanglah sepuluh orang kusta menemui Dia. Mereka tinggal berdiri agak jauh. Lalu Ia memandang mereka, dan berkata: "Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam." Dan sementara mereka di tengah jalan mereka menjadi tahir. Seorang dari mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring, lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya. Orang itu adalah seorang Samaria. Lalu Yesus berkata: "Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu?"
Dalam gambaran ini kita melihat salah satu indikasi yang paling jelas tentang bagaimana kita harus memahami aspek rohani dari Alkitab. Di sini, Kristus memerintahkan sepuluh orang kusta untuk memperlihatkan diri mereka kepada imam-imam seperti yang diperintahkan oleh hukum Perjanjian Lama. Ini merupakan rujukan pada hukum seremonial dalam Imamat 14:2 yang berbunyi
“Inilah yang harus menjadi hukum tentang orang yang sakit kusta pada hari pentahirannya: ia harus dibawa kepada imam.”
Kristus menunjukkan kepada kita dalam tanggapan-Nya terhadap penderita penyakit kusta yang satu ini bahwa perintah ini sebenarnya untuk dipahami secara rohani, dan hal itu menunjukkan kita pada kedatangan Imam Besar Agung (Ibrani 4:14) ketika kita diselamatkan. Yesus menegur sembilan orang kusta lainnya yang mengikuti perintah Allah secara harfiah sementara mengabaikan maksud rohani yang sesungguhnya dari perintah-Nya untuk pergi memperlihatkan diri mereka kepada Kristus Imam Besar dan bersyukur.
Alkitab merupakan buku Rohani dan bukan hanya untuk dibaca sebagai buku ajaran moral, atau sejarah, atau puisi, atau hikmat. Fokusnya adalah pada kebutuhan terbesar umat manusia - Keselamatan.
Yohanes 6:63 Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup.
Roma 7:14 Sebab kita tahu, bahwa hukum Taurat adalah rohani, tetapi aku bersifat daging, terjual di bawah kuasa dosa.
Jadi kita dapat merangkum kunci ajaran Allah tentang bagaimana kita belajar dan memahami Alkitab:
  1. Selalu berdoa sebelum mempelajari Alkitab, karena hanya Allah Roh Kudus yang dapat membuka mata kita dan memberikan kita semua pemahaman tentang Firman-Nya yang tak terbatas.
  2. Tahu bahwa setiap pernyataan dalam Alkitab ditulis oleh Allah dan sungguh benar adanya, oleh karena itu, pernyataan itu akan selaras dengan setiap pernyataan lainnya. Jika terdapat kontradiksi yang nyata, itu artinya kita belum memahami salah satu pernyataan tersebut dengan tepat.
  3. Kita menafsirkan Alkitab dengan Alkitab. Alkitab adalah kamus bagi dirinya sendiri dan mendefinisikan istilahnya sendiri. Ini artinya bahwa saat kita membaca Alkitab, kita harus membuat catatan ketika kita melihat ayat atau ide yang tampaknya terkait dengan ayat-ayat lainnya yang telah kita baca. Mempelajari ayat-ayat ini secara bersama-sama dapat membantu kita untuk memahami ayat-ayat itu dengan lebih baik, karena tiap ayat mungkin berisi berbagai petunjuk untuk keseluruhan arti. Implikasi lain adalah bahwa kita tidak membuka kamus Yunani atau Ibrani untuk mencari arti dari sebuah kata Alkitabiah, alih-alih kita harus melihat bagaimana kata Yunani atau Ibrani itu digunakan oleh Allah di tempat lain dalam Alkitab.
  4. Seluruh Alkitab, Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, berhubungan erat dengan ajaran keselamatan Allah, yang menunjuk pada kebutuhan orang berdosa untuk mendapatkan keselamatan dari penghakiman yang akan datang, penebusan dosa oleh Kristus lewat pengorbanan di atas Kayu Salib, fakta bahwa keselamatan ini seluruhnya merupakan karya tunggal Allah, atau kebenaran rohani yang terkait. Makna simbolik atau kiasan apapun akhirnya harus mengarah ke Kristus dan Injil-Nya, dan harus konsisten dengan segala sesuatu yang lainnya dalam Alkitab.
  5. Perumpamaan dan kiasan tidak boleh dipaksakan terlalu jauh... menjadi simbol dan bayangan dari kebenaran yang ditunjukkan kepada kita, dan terkadang tidak bisa diterapkan untuk setiap aspek dari kebenaran yang mendasarinya. Ini berarti bahwa perumpamaan dan kiasan mengajarkan beberapa aspek materi muatan yang mereka tunjukkan, namun mungkin tidak lengkap atau menyiratkan beberapa aspek lain yang tidak dapat diterapkan. Di sinilah prinsip dalam butir No. 2 harus diterapkan - memastikan bahwa kesimpulan yang dicapai konsisten dengan segala sesuatu yang lainnya dalam Alkitab sehubungan dengan pokok bahasan itu.
Mazmur 119:97  Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.