Benar saja, di sebuah tikungan, sebuah mobil lain melaju kencang tak terkendali. Ternyata pengemudinya mabuk. Tabrakan tak terhindarkan. Si ayah selamat, namun si anak terpental keluar. Kepalanya membentur aspal, dan menderita gegar otak yang cukup parah. Setelah berapa lama mendekam di rumah sakit, akhirnya si anak siuman. Namun ia tidak dapat melihat dan mendengar apapun. Buta tuli. Si ayah dengan sedih, hanya bisa memeluk erat anaknya, karena ia tahu hanya sentuhan dan pelukan yang bisa anaknya rasakan.
Begitulah kehidupan sang ayah dan anaknya yang buta-tuli ini. Dia senantiasa menjaga anaknya. Suatu saat si anak kepanasan dan minta es, si ayah diam saja. Sebab ia melihat anaknya sedang demam, dan es akan memperparah demam anaknya. Di suatu musim dingin, si anak memaksa berjalan ke tempat yang hangat, namun si ayah menarik keras sampai melukai tangan si anak, karena ternyata tempat 'hangat' tersebut tidak jauh dari sebuah gedung yang terbakar hebat.
Suatu kali anaknya kesal karena ayahnya membuang liontin kesukaannya. Si anak sangat marah, namun sang ayah hanya bisa menghela nafas. Komunikasinya terbatas. Ingin rasanya ia menjelaskan bahwa liontin yang tajam itu sudah berkarat., namun apa daya si anak tidak dapat mendengar, hanya dapat merasakan. Ia hanya bisa berharap anaknya sepenuhnya percaya kalau papanya hanya melakukan yang terbaik untuk anaknya.
Saat-saat paling bahagia si ayah adalah saat dia mendengar anaknya mengutarakan perasaannya, isi hatinya. Saat anaknya mendiamkan dia, dia merasa tersiksa, namun ia senantiasa berada disamping anaknya, setia menjaganya. Dia hanya bisa berdoa dan berharap, kalau suatu saat Tuhan boleh memberi mujizat. Setiap hari jam 4 pagi, dia bangun untuk mendoakan kesembuhan anaknya. Setiap hari.
Beberapa tahun berlalu. Di suatu pagi yang cerah, sayup-sayup bunyi kicauan burung membangunkan si anak. Ternyata pendengarannya pulih! Anak itu berteriak kegirangan, sampai mengejutkan si ayah yg tertidur di sampingnya. Kemudian disusul oleh pengelihatannya. Ternyata Tuhan telah mengabulkan doa sang ayah. Melihat rambut ayahnya yang telah memutih dan tangan sang ayah yg telah mengeras penuh luka, si anak memeluk erat sang ayah, sambil berkata. "Ayah, terima kasih ya, selama ini engkau telah setia menjagaku."
Sahabatku, apa yang kalian dapat saat membaca cerita diatas?
Tidakkah kita sadari kalau kita sering seperti anak kecil tersebut?
Tuhan Yesus adalah seperti gambaran ayah pada cerita diatas. Dia begitu sabarnya menjaga dan merawat kita. Dia tahu yang terbaik untuk kita. Walaupun kita sering melukai hatinya karena kita 'buta dan tuli' untuk mengerti kasihNya, Dia tetap setia menjaga dan memelihara kita. KasihNya tak berkesudahan untuk kita, dan Dia terus setia dalam penantian sampai kita bisa melihat dan mendengar kasihNya yang tulus untuk kita.
ada lagu yang q ingin kalian nyanyikan setelah baca artikel ini ya....
INGAT KASIH-NYA
THIS ABOUT HIS LOVE
Walt Harrah
D=Do
REFF :
D
INGAT KASIH-NYA
G
INGAT KEBAIKAN-NYA
D Asus A
DAN ANUG'RAHNYA S'LAMATKANKU
GM7 F#m
S'BAB KASIHNYA SETINGGI LANGIT
Em7 GM7/A A
KASIH SETIA ALLAH PADA KITA
GM7 G/A D
BESAR KASIH ALLAH PADA KITA
BAIT :
GM7 A D
KU TAK 'KAN LUPA KASIH-NYA
GM7 A D
KU TAK 'KAN LUPA ANUG'RAH-NYA
Bm F#m G Em7 Asus A
DIA PENUHKAN, DIA PENUHKAN , DIA PUASKAN HASRATKU
GM7 G/A D
BESAR KASIH ALLAH PADA KITA
CHORUS :
THINK ABOUT HIS LOVE
THINK ABOUT HIS GOODNESS
THINK ABOUT HIS GRACE
THAT HAS BROUGHT US THROUGH
FOR AS HIGH AS THE HEAVEN'S ABOVE
SO GREAT IS THE MEASURE OF OUR FATHER'S LOVE
GREAT IS THE MEASURE OF OUR FATHER'S LOVE
VERSE :
HOW COULD I FORGET HIS LOVE
AND HOW COULD I FORGET HIS MERCY
HE SATISFIES, HE SATISFIES, HE SATISFIES
GREAT IS THE MEASURE
GREAT IS THE MEASURE
GREAT IS THE MEASURE
OF OUR FATHER'S LOVE
SO GREAT IS THE MEASURE
OF OUR FATHER'S LOVE
JBU always.......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.