Senin, 24 Februari 2014

Doa Bersama atau Pribadi ??


Doa Bersama atau Pribadi ??

pengarang : Erna Liem


Bekerja di satu kantor bersama beberapa orang memang menyenangkan. Di samping kita bisa tahu banyak tentang karakter-karakter unik manusia dan menjadikannya pelajaran hidup yang berharga, kita juga mendapatkan banyak teman untuk berbagi rasa.

Bisa bekerja sama dengan baik menghasilkan satu kepuasan yang tak terkira, mengingat organisasi yang besar tidak mungkin mencapai tujuan kalau dikerjakan sendirian dan itu sebabnya diperlukan "keahlian khusus" untuk bekerja sama. Tetapi tetap saja kita akan punya yang namanya sekedar teman, teman akrab, atau teman biasa saja. Ada istilah kenal dan tahu. Kalau ditanya apakah kita mengenal Presiden Direktur perusahaan, mungkin jawabannya adalah "sekedar tahu, tapi tidak kenal".

Pertemuan yang cukup/sangat sering bisa jadi sarana untuk kita makin kenal dengan seorang rekan kerja yang sebelumnya sama sekali asing bagi kita. Tetapi, pertemuan yang hanya bersifat resmi dan formal, tidak menghasilkan apa-apa. Yang dulunya "tahu" setelah beberapa kali rapat pun tidak akan menjadi "kenal".

Di satu perusahaan tempat saya bekerja, ada satu orang pimpinan yang akhir-akhir ini terlibat dalam satu rapat penting bersama dengan saya. Setelah beberapa kali pertemuan, tetap saja saya tidak bisa berbicara seperti teman dekat. Padahal kami tertawa bersama, memikirkan solusi dari beberapa hal juga bersama-sama selama rapat berlangsung. Tapi hubungan akrab itu tetap tidak bisa terjalin.

Belum pernah saya menghabiskan jam makan siang bersamanya. Sewaktu keluar dari ruang pertemuan pun dan sedang tidak menghadapi forum rapat, kami hanya saling bertegur sapa seperti orang yang baru kenal beberapa jam lalu. Mungkin karena faktor kesibukan dan kepentingan masing-masing yang memang berbeda, sampai sekarang kami tetap seperti dulu, hanya sekedar tahu. Rumahnya, keluarganya, masalahnya, tidak sedikitpun yang saya ketahui. Terkadang saya merasa aneh, beberapa kali kami "tenggelam" dalam perbincangan di ruang rapat tetapi setelah semuanya selesai, hubungan yang sama tidak terjalin di luar ruangan!

Lewat pelajaran ini, saya menjadi mengerti bahwa seperti itulah yang kita dapatkan dari hubungan dengan Tuhan. Selama kita tidak "berteman akrab" di luar "ruang rapat", seberapa sering kita bertemu Tuhan dalam pertemuan seperti acara-acara ibadah, doa bersama, kelompok kecil, dan jenis pertemuan rohani lainnya, tidak membuat kita bisa mengenal Tuhan selayaknya sahabat sendiri.

Tidak jarang kita sibuk dengan urusan kerohanian yang hanya dibatasi dengan formalitas, tata cara ibadah/liturgi, motivasi khusus, kewajiban, keharusan, rutinitas, dan hal-hal lain yang seperti tembok-tembok "Ruang Rapat" di kantor saya. Kita juga terlalu sibuk dengan kepentingan dan urusan pribadi atau manusia lain yang membuat kita tidak terlalu peduli atau tidak mau bahkan untuk mempunyai hubungan dengan Tuhan yang jauh lebih dari sekedar "rekan kerja". Bukan berarti semua acara rohani yang kita ikuti tidaklah penting, tetapi betapa indahnya kalau apa yang kita temukan (Tuhan sendiri) di dalam ruang ibadah, kita temukan juga sebagai Sahabat di manapun kita berada.

Saya percaya dan yakin kalau Tuhan pun tidak ingin membuat kita sibuk, bingung dan lelah dengan seabrek kegiatan rohani yang makin lama makin meningkat kuantitasnya, yang membuat kita "jatuh terkapar" dan tidak punya lagi tenaga untuk berbicara santai dan punya hubungan pribadi denganNya. Seringkali justru manusialah yang rela menyibukkan dirinya ke dalam berbagai acara rohani tetapi memandang remeh pertemuan pribadi dengan Tuhan. Mungkin ini juga yang membuat kita makin hari makin sibuk dengan kegiatan gereja, tetapi sesungguhnya kita sudah sangat jauh dari Tuhan.

Berapa banyak orang yang aktif melayani pekerjaan Tuhan di dalam gereja justru mati rohani. Terlalu sering berada di tengah-tengah "atmosfer" rohani membuat kita tidak bisa lagi merasakan atau membedakan mana Tuhan atau perasaan. Menghargai kehadiranNya pun sulit kita lakukan. Padahal kita terlihat akrab dengan Tuhan lewat doa, pujian dan penyembahan yang kita naikkan seiring irama musik dan suara-suara merdu+sumbang dari sekeliling kita selama acara rohani berlangsung.

Berada di tengah-tengah kebaktian kesembuhan Ilahi memang menyenangkan, tetapi tetap saja kita tidak punya iman untuk kesembuhan diri sendiri yang sedang sakit. Berbicara bahkan, di tengah-tengah banyak orang tentang Tuhan, tidak membuat kita menjadi percaya bahwa Tuhan sanggup menyelesaikan permasalahan yang sedang kita hadapi. Tentu saja hal seperti ini sangat menyedihkan, selain menipu diri sendiri dan orang lain, kita pun menjadi orang yang benar-benar tidak asli. Kita juga tidak tahu lagi harus melakukan apa, karena kalau diteliti sebenarnya "kita tidak jauh dari Tuhan". Kita masih beribadah hari Minggu, melakukan pelayanan bahkan, atau menguatkan orang lain yang sedang kesusahan, bersaksi tentang kebaikan Tuhan dan lain-lain. Tapi sesungguhnya, kita hanyalah seperti disket yang mengeluarkan data sewaktu dibutuhkan. Tidak ada yang baru! Tidak ada yang menggairahkan! Perlahan tapi pasti. kita kehilangan Tuhan. tanpa kita sadari

Kalau suatu saat seorang teman bertanya, "Kenalkah engkau dengan Tuhan?" Kita tetap boleh punya dua jawaban, "kenal" atau "sekedar tahu". Hidup ini kan pilihan kita sendiri, apakah kita memilih untuk mengenal DIA secara pribadi, atau hanya sekedar tahu .. Yang jelas, semakin kita mengenal Tuhan, hidup kita akan semakin diubahkan. And life becomes very interesting!!

Terbayang di benak saya, betapa sangat menyenangkan kalau saja waktu ibadah Minggu yang penuh dengan segala macam liturgi atau susunan acara yang terlalu rapi dan (terkadang) membosankan karena gampang ditebak arah mengalirnya, pribadi kita tetap mampu merasakan kehadiranNya, sama seperti waktu kita berada jauh dari keramaian suara alat musik dan berdiam diri di dalam kamar hanya untuk bertemu dengan DIA!

Lebih dari segalanya, DIA sangat merindukan kita untuk bisa bergaul akrab tanpa harus dibatasi dengan "tembok-tembok ruang rapat". (EMAJP)

http://www.airhidup.com/Article.cfm?ArticleID=259&Ref=Article

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.