Naluri Bapa
Bacaan: Matius 7: 7-11 Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, atau memberi ular, jika ia meminta ikan? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya.
Jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik...
apalagi Bapamu yang di sorga... - Matius 7:11
Saya bukan pahlawan. Bukan juga seorang manusia super. Bukan orang yang luar biasa. Tidak juga hebat, apalagi mengundang decak kagum banyak orang. Saya tak lebih dari seorang ayah pada umumnya. Meski demikian saya akan melakukan apa saja demi anak saya. Jadi, jangan coba-coba mengganggu anak saya kalau tidak ingin berhadapan dengan saya. :)
Naluri seorang ayah seperti itu. Ketika anaknya merasa takut, ia akan memberikan rasa aman kepadanya. Ketika anaknya merasa sendirian, ia akan menemaninya dan memastikan bahwa ia akan selalu menjaga. Ketika anaknya terluka, ia akan membalutnya. Ketika anaknya sedih, ia akan menghibur dan membesarkan hatinya. Ketika anaknya membutuhkan sesuatu, ia akan selalu memenuhinya. Yang pasti, seorang ayah selalu tahu yang terbaik bagi anaknya.
Jika bapa di dunia ini saja memiliki naluri seperti itu, apalagi Bapa kita yang di surga! Kita takut, dan Ia memberikan rasa aman. Ada saatnya kita harus melewati masa-masa kelam dalam hidup kita, dan Tuhan menyertai. Ada saatnya kita merasa sedih dan kecewa, dan Tuhan menghibur. Ketika kita berbeban berat, Ia mengulurkan tanganNya dan memberikan kelegaan, semua beban kita ditanggungNya. Ia tahu yang terbaik dalam menolong kita. Tak perlu berteriak-teriak hanya untuk membuat Ia mendengar doa kita, dengan bisikan lembut pun Ia akan menghampiri dan menguatkan kita.
Sungguh aneh kalau kita berpikir Tuhan sudah melupakan kita. Adakah seorang ayah yang lupa terhadap anaknya sendiri? Terlalu mengada-ada kalau kita menyangka bahwa Tuhan tak lagi peduli terhadap kita atau sudah bosan terhadap kita. Sungguh konyol kalau kita merasa bahwa Tuhan terlalu sibuk dan tak mau diganggu, sekalipun Ia tengah mengurus seluruh alam semesta.
Saat menulis renungan ini, anak saya yang masih bayi tengah menangis. Saya tak berlambat-lambat untuk menunggu semua air matanya terkuras. Naluri saya sebagai seorang ayah membuat saya bergegas dan segera menolongnya. Memberikan rasa aman dan membuatnya tenang kembali. Kalau naluri “keayahan” saya saja bisa melakukan hal itu, apalagi Bapa kita di surga?
Percayakan hidup kita kepada Bapa yang baik.
(Kwik)
Sumber : Renungan Spirit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.